Diberdayakan oleh Blogger.
Rabu, 20 Juni 2012
16.33 | Diposting oleh
Herah
“Berbagi kisah untuk sebuah hikmah, mengurai cerita untuk sebuah
pelajaran”
Sahabat Blogger………..!!!!
Dengan meminjam sedikit bahasa Allah, ku awali cerita kali
ini dengan menyebut nama-Mu Ya Rabb……
Hari ini anak keduaku genap berusia 2 bulan 6 hari. Di usianya yang masih terbilang seumur jagung Alhamdulillah dia sudah bisa tersenyum setiap kami ajak bicara bahkan di sela-sela senyum manisnya sesekali dia melenguh yang seakan ingin menyampaikan sesuatu pada kami.
Hari ini, sebagaimana jadwal rutin setiap bulannya, anakku pun dibawah ke Rumah Sakit untuk di imunisasi. Gak ngerti aku imunisasi apa tapi yang ku tahu hari ini dia diantar bundanya ke rumah sakit untuk di beri imunisasi. Cerita menggembirakannya saat ini berat badan anakku naik lagi 1,5Kg dari bulan sebelumnya yang berat badannya nyampe 5,3Kg.
So….ada juga cerita sedihnya.
Biasalah anak bayi kalo di imunisasi ada yang rewel bahkan sampe demam gitu.
Anakkupun begitu, sedih juga sih lihat my baby menangis sejadi-jadinya kalo
bekas suntikannya terasa sakit. Bundanya juga bingung harus buat apa, bundanya
saja bingung apalagi bapaknya He…he….
Yang tidak tega melihatnya, kalau
anakku menangis sampai hilang suaranya. Dengan segenap usaha, aku dan bundanya
coba cari cara untuk sedikit mengurangi tangisnya karena rasa sakit yang
mendera anak kami. Masih terdengar suara tangis anakku….kusempatkan browsing nanya
sama mbah google mungkin ada cara yang ampuh untuk mengurangi tangis anakku.
Sudah mutar-mutar kesana kemari, yups…….ketemu juga caranya.
Dari sebuah situs http://health.detik.com/ disebutkan ternyata ada cara ampuh untuk mengurangi rasa sakit pada bayi usai Imunisasi. Dan caranya bukan pakai obat atau pil penenang tapi cukup melalui pelukan si bunda. Ada apa dengan pelukan sang bunda ??? Pada bagian ini akan aku jelaskan, masih dari situs itu ternyata informasinya bahwa banyak cara untuk mengurangi rasa nyeri pada bayi setelah imunisasi. Terkait dengan pelukan bunda berdasarkan penelitian di Inggris para peneliti menyebutkan bahwa memang larutan gula juga merupakan satu cara untuk mengurangi rasa nyeri pada bayi usai imunisasi, tapi itu belum ampuh untuk mengurangi rasa sakit bayi setelah imunisasi karena hanya berfungsi sebagai pengalih perhatian, tapi jika bayi berada dalam pelukan orang tuanya khususnya Ibunya justru akan bekerja lebih baik dalam mengurangi rasa nyeri.
Pelukan yang diberikan akan memberikan kontak kulit antara ibu dan bayinya, saat itu tubuh akan melepaskan hormon oksitosin (hormon yang berhubungan dengan perasaan damai dan juga cinta) sehingga akan mempengaruhi psikologis bayi itu sendiri.
Selain itu seluruh bagian tubuh
manusia memiliki daerah yang sensitif bila dipeluk, karenanya bayi akan merasa
tenang dan nyaman jika mendapatkan pelukan.
"Hal ini sangat penting, karena adanya bukti yang menunjukkan bahwa rasa sakit dapat menyebabkan efek buruk jangka pendek dan juga jangka panjang terutama pada perkembangan saraf bayi," ujar Rebecca Slater dari University College London, seperti dikutip dari Dailymail.
Setelah
membaca artikel itu secepat kilat aku perintahkan bundanya untuk selalu
memeluknya dan hasilnya……??? Abrakadabra…Alhamdulilla tangisan anakku semakin
mereda bahkan sedikit memelas. Mungkin dia ingin sampaikan pada Kami “Bunda….!!!
AKU MERASA DAMAI DALAM PELUKAN BUNDA”.
Rabu, 13 Juni 2012
15.54 | Diposting oleh
Herah
"Mengurai makna dari sepenggal kisah dan menebar dakwah lewat goresan cerita"
Hai Sahabat......
Dengan selalu mengharapkan Ridha dan Kasih Sayang Allah....
Kita mulai goresan kali ini dengan menyebut nama Allah Yang Maha Agung....Bismillah...
Kali ini sedikit kita berbagi anekdot yang setidaknya bisa memberikan pengalaman dan hikmah bagi setiap kita anak-anak bumi ini. Semoga Cerita berikut bisa mengobati kegalauan hati kita yang mungkin sedang kering dari nilai-nilai Ilahiyah.....
Well...
Kita buka Kisahnya ........
Siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis
ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum’at, saat berkumpulnya orang. Iblis
sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai
berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari
segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang
pembuangan air.
Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat
telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan
denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di
setiap sajadah. “Hai, Blis!”, panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid
itu. Iblis merasa terusik : “Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak
perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang
dalam Masjid ini!”, jawab Iblis ketus.
“Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!”, Kiai mencoba mengusir.
“Kiai, hari ini, adalah hari uji coba
sistem baru”. Kiai tercenung. “Saya sedang menerapkan cara baru, untuk
menjerat kaummu”. “Dengan apa?”
“Dengan sajadah!”
“Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?”
“Pertama, saya akan masuk ke setiap
pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi
untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja
dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!”
“Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?”
“Bukan itu saja Kiai…”
“Lalu?”
“Saya juga akan masuk pada setiap
desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu
membuat sajadah yang lebar-lebar”
“Untuk apa?”
“Supaya, saya lebih berpeluang untuk
menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu,
Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang
lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan
itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah”.
Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus.
Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya
berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara,
satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar
seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya.
Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika
harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir
panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga
sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.
Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
“Nah, lihat itu Kiai!”, Iblis memulai dialog lagi.
“Yang mana?”
“Ada dua orang yang sedang sholat sunnah
itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan
masuk diantara mereka”.
Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf.
Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang
sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang
dikatakan Iblis sebelumnya. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian
sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang
tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga
sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri.
Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa.
Ia juga membuka sajadahnya, karena
sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir
sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu
beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di
atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut
kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia
akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Sajadah sudah
dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas.
Pemilik sajadah lebar, diindentikan
sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari
pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang
setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa.
Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.
“Astaghfirullahal adziiiim “, ujar sang Kiai pelan.
File sumber : http://motivationplannet.wordpress.com/
Label:
Anekdot,
Kisah Penuh Hikmah,
Kisah Renungan
|
0
komentar
Selasa, 12 Juni 2012
12.22 | Diposting oleh
Herah
“Bunda, kenapa Allah gak kasih kita hidup enak yah?” tanya seorang anak pada ibunya.
Sambil menitikan air mata, Bunda pun membelai kepala kecil Umar.
Selengkapnya...
“Mungkin karena Allah amat sayang sama kita,” jawab bundanya dengan santun.
“Begitu ya, bunda?” Anaknya berujar.
“Iya, nak. Allah amat sayang sama kita,
Allah gak mau kita terlena sama nikmat dunia,” sambil meneteskan air
mata Bundanya berujar pelan.
Sore pun menjelang, bersiaplah Umar kecil
untuk pergi ke masjid dekat rumahnya. Mengenakan peci kesayangannya dan
kain sarung yang agak kumal. Langkahnya berpacu dengan suara iqamah
petang itu.Dari sudut jendela, bundanya tertegun melihat anaknya amat riang mendengar panggilan Allah itu.
“Ayo, nak, bergegas. Jangan sampai kau telat shalat maghrib ini!” teriak bundanya dari balik jendela.
“Iya, Bunda. Assalamu’alaikum. ..” jawab Umar.
Bangga rupanya bunda Umar ini, melihat
pelita kecilnya rajin ibadah. Matanya berkaca-kaca saat teringat
Ramadhan tahun yang lalu.
“Sayang, andai kau lihat anak kita saat ini, dia lucu sekali,” gumam bunda Umar dalam hati.
Melayang pikiran bunda Umar, mencoba
mengingat setahun yang lalu di kamar ini. Selepas ia tunaikan shalat
maghrib, diraihnya Mushaf kecil agak kusam lalu air matanya menetes
perlahan.
“Sayang, aku rindu saat-saat itu,” lirihnya pelan sebelum membaca Ar-Rahman malam itu.
“Andai kau ada di sini sayang, melihat
tingkah Umar yang lucu. Memegang pipinya yang tembem, kau elus rambutnya
yang lebat. Akhhh… Betapa nikmat, sayang. Andai Allah berikan
kesempatan kita berkumpul kembali, menikmati lantunan suaramu saat kau
jadi Imam kami, kau bacakan surat kesukaanmu, kau do’akan kami semua
agar kami sehat selalu. Kau berikan tanganmu untuk kukecup tanda baktiku
untukmu. Kau elus kepala imut Umar, sayang. Andai kesempatan itu
kembali terulang.”
“Bunda, kenapa nangis?” dielusnya pipi putih Bunda oleh Umar.
“Bunda gak apa-apa kok, nak. Bunda cuma kangen sama ayah,” sambil dikecupnya kening Umar yang baru pulang dari masjid.
“Bunda, emang ayah ke mana?” tanya polos Umar.Sambil menitikan air mata, Bunda pun membelai kepala kecil Umar.
“Ayah udah ketemu sama Allah, nak. Ia
tersenyum di sana. Ayah titip pesen kalo Umar harus jaga Bunda. Kau mau,
nak?” tanya Bunda sambil mengusap air mata.
“Mau, Bunda. Bunda kesayangan Umar. Umar pastiii jagaa bunda,” sambil tersenyum riang Umar menjawab.
Tawa kecil pun meledak di malam sunyi itu.
“Ayo, nak. Mari kita tidur. Besok pagi-pagi kita temui ayah. Umar harus janji sama ayah bakal jaga Bunda ya?” ajak Bunda.
“Iya, Bunda. Umar janji jaga Bunda,” mata Umar pun seraya tertutup.
“Masya Allah…” teriakku terbangun dari
tidur. Tak terasa sudah hampir 3 jam aku tertidur amat pulas. Sesaat
tersadar kalau malam ini, aku bermimpi bertemu Umar dan suamiku.
“Allahu akbar…” tak terasa aku kembali meneteskan air mata.
Terkenang semua yang pernah terjadi malam ini, kecelakaan yang merengut kedua belahan jiwa membuatku kembali menitikan air mata.
Masih ingat olehku, bagaimana senyum
manis Umar sebelum berangkat shalat ke masjid. Masih ingat olehku,
bagaimana suamiku mencium keningku sebelum aku pergi tidur.
“Tuhan… Jaga belahan Jiwaku. Berilah
mereka tempat yang lapang, ya Rabb. Kumpulkan mereka sebagai umatmu yang
bertakwa. Tuhan… Kumpulkan kami kembali di JannahMu. Aku rindu Umar…”
do’aku lirih menutup qiyamul lail malam ini.
Bunda sayang kalian… Tunggu bunda yah! Kita pasti akan bertemu kembali, sayang.
Laa ilaaha illaa annta subhaanaka inni kunntu minazhahaalimin. ..Laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’ azhim
Sumber Copy : http://virouz007.wordpress.com
Label:
Kisah Penuh Hikmah,
Kisah Renungan
|
0
komentar
Senin, 11 Juni 2012
16.20 | Diposting oleh
Herah
"Mengurai kata dalam baris kalimat, mengungkap keluh
dalam asa yang tersisa serta meyingkap hikmah dalam tabir Ilahi demi sebuah
angan dan cita-cita dalam satu cerita penuh makna."
Hai sang pengelana............
kita awali kisah ini dengan menyebut
keagungan asma Allah dan memuji kebesaran-Nya.
Malam itu kucoba tuk pejamkan mata tapi
kelopak mata ini seakan tidak mau tertutup. Apakah karena memang aku belum
ngantuk….??? Begitu pikirku. Atau….mungkin karena aku yang baru terbangun dari
tidurku..?? He…he…. Dasar!
Disaat semua mata manusia tengah
terpejam dalam buaian mimpi-mimpi indahnya, aku yang sedang tidur bersama Istri
dan anakku terbangun karena tersentak dengan suara alunan lagu dari
Handphoneku. Seakan masih terbawa dalam mimpi, ku dengar suara merdu Maher Zain
feat Fadly Padi yang seakan kian membawaku terlelap dengan lagunya :
ketika kau tak sanggup melangkah
hilang arah dalam kesendirian
tiada mentari bagai malam yang kelam
tiada tempat untuk berlabuh
bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
every time you come it one more mistake
you feel you can’t repent and that it’s way too late
you’re so confused wrong decisions you have made
haunt your mind and your heart is full of shame
but don’t despair and never lose hope
’cause Allah is always by your side
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah you’ll find a way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Semakin asyik terdengar hingga tak ku sadari
padahal lagu itu aku pasang tuk alarm biar bisa bangun tengah malam. Masih
dalam tidurku…..tiba-tiba pikiranku terjaga seakan nelangsa ke alam yang aku
sendiri tidak tahu dimana tempatnya. Bayang-bayang pikiranku kian membawa aku
pada sebuah situasi dimana batinku selalu bertanya….kenapa semua ini harus
terjadi padaku..??? mengapa harus aku…??? Mengapa tidak dia??? Setiap hari aku
selalu dirundung masalah, aku merasa seakan seluruh dunia sangat benci
kepadaku, setiap hari istri dan anaku hanya bisa kuberi makan sebungkus mie
instan bertiga. Mau beli ini gak punya duit, mau beli beras saja aku harus
ngutang sana sini. Apakah ini semua adalah hukuman dari Allah???? Disaat
anak-anak seusia anakku yang baru berumur 2 tahun menikmati susu anakku sendiri
harus minum air gula atau bahkan gak minum apa-apa. Ya Allah……!!!! Begitu berat
beban hidup ini. Sejenak aku flashback kehidupanku yang lalu disaat aku diberi
rezki oleh Allah, selalu aku gunakan untuk berfoya-foya tanpa sedikitpun aku
keluarkan di Jalan Allah. Hingga masih teringat dalam ingatanku, ketika
datang seorang yang minta bantuan aku dengan sombongnya pernah berucap
“Maaf ya!!! Hartaku gak ada jatah buat orang seperti kamu.” Saat ini, ingin aku
meminta maaf kepada orang tadi tapi aku tak tahu harus mencari kemana. Hatiku
seakan lunglai jika mengingat semua dosa yang telah aku perbuat selama
ini. Semakin larut aku dalam dilema batinku ku paksakan diriku tuk
bangkit dari tempat tidurku. Masih sempat kulihat wajah manis istriku dan muka
lucu si buah hatiku, tanpa ku sadari lidah yang masih keluh ini tiba-tiba
berucap lirih…..
"Terima
Kasih Ya Allah…Terima kasih Ya rabb! Ditengah-tengah kesulitan hidup yang
sedang membebaniku Engkau senantiasa hadiahkan seorang istri yang selalu setia
mendampingiku setiap saat dan masih tetap Engkau anugerahkan hiburan manis dari
buah hatiku."
Sayup-sayup kudengar gerak jarum jam yang saat itu
tepat menunjuk Pukul 03.15, aku pun bangkit dan bersegera mengambil wudhu tuk
menunaikan shalat Tahajjud. Kata Ustadz sih kalo kita sedang dalam kesusahan
atau dalam kesulitan jangan henti-henti untuk shalat Tahajjud. Dalam
perenunganku malam ini seakan aku menangkap pesan bahwa kesulitan hidup yang
aku hadapi saat ini adalah buah dari ulahku selama ini. Semakin dalam aku
pikirkan, tanpa aku sadari bulir-bulir air mata jatuh menetes. Tidak
henti-henti lidah ini beristigfar memohon ampun kepada Allah karena teringat semua
kesalahan yang telah aku perbuat. Tetesan air mata seakan mengalir deras dari
pelupuk mataku seakan terus mengiringi ucapan zikirku……Apakah
Allah akan mengampuni aku??? Aku
membatin. Ya Allah yang Maha mengampuni….ampuni aku Ya Rabb!!! Begitulah
keadaanku malam itu, kuhabiskan sepertiga malam yang terakhir hanya dengan
menangisi setiap tetes dosa dan kesalahanku seraya berharap semoga Allah akan
mengampuni aku. Aku terus seperti ini, hingga terdengar dari kejauhan suara
Azan Shubuh berkumandang.
Ditengah ketidakberdayaanku menghadapi keputusan dari Allah, masih terbesit keyakinan bahwa Allah adalah zat yang Maha Pengampun dan aku yakin Insya Allah pasti akan ada jalan dari Allah, Insya Allah You’ll find a way”. Ini semua merupakan pembelajaran bahwa betapa besar nikmat Allah namun……”NIKMAT TUHAN YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN???” (herah.lover)
Label:
Cerita Fiksi,
Kisah Renungan
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
- Herah
- Manusia adalah makhluk unik, yang oleh Allah telah dibekali halaman kisah dan cerita tersendiri. Kadang kisah itu begitu menyakitkan bahkan memilukan namun tidak sedikit pula terselip cerita Bahagia dari setiap perjalanan hidup seorang insan. Maka bukan menjadi barang haram ketika kita harus berbagi cerita dalam penggalan sejarah hidup kita.